SELAMAT DATANG DI KAWASAN BERNIAGA (DESA BAJUR KEC. LABUAPI KAB. LOBAR NTB)

Senin, 22 Juli 2013

RPK Pohdodol

Dusun Pohdodol memiliki penduduk sebesar 1.075 jiwa (261 KK). Dominasi (±90%) mata pencaharian penduduk dusun ini adalah sebagai pedagang keliling (pedagang es, rujak, sayuran, kain, gorden, bakulan, asongan dan lainnya).

Berdasarkan hasil FGD RPK yang telah dilaksanakan, terdapat beberapa permasalahan – permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat yang terkait dengan permasalahan yang dianggap cukup kritis, diantaranya adalah sebagai berikut :

Sosial/Ekonomi
  1. Permodalan yang masih kurang untuk mengembangkan usaha dagang, terutama bagi pedagang keliling. Hal ini disebabkan karena biaya produksi, khususnya biaya transportasi (pemasaran di luar kabupaten) dan harga bahan baku terkadang hampir sama dengan harga jual. Selain itu sering adanya ketidakpastian pasar, karena harus bersaing dan tergantung dari permintaan konsumen.
  2. Sebagian besar masyarakat yang berprofesi sebagai pedagang memiliki modal sendiri atau meminjam  dari pedagang lainnya. Namun sebagian pedagang, khususnya pedagang bakulan menggunakan Bank Rontok sebagai sumber permodalan.
  3. Pendapatan warga yang berprofesi sebagai pedagang tidak menentu setiap harinya, terkadang untung dan bahkan rugi. Namun jika dilihat dari keuntungan yang diperoleh, masih tergolong rendah, yaitu antara Rp. 40.000,- s/d Rp. 50.000,- perhari. Namun pada saat-saat tertentu/ musiman, seperti pada saat hari-hari besar nasional, keuntungan pedagang bisa mencapai lebih dari 2 (dua) kali lipatnya.
  4. Tidak ada manajemen karena pedagang berjualan secara individu (tidak ada kelompok khusus pedagang)
  5. Jaringan pemasaran sudah terlanjur terbangun sejak lama di luar wilayah Desa Bajur, sehingga untuk menarik pembeli atau konsumen untuk datang membeli kebutuhannya dirasakan agak sulit.
  6. Masih banyaknya penduduk yang bekerja tidak tetap (serabutan), pengangguran, buruh, tukang dan buruh tani yang disebabkan peluang kerja yang minim dan keterampilan yang rendah.
  7. Masih banyaknya penduduk yang buta huruf dan putus sekolah disebabkan tidak adanya biaya untuk bersekolah dan melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi.
  8. Keamanan rawan terutama perkelahian antar kampung dan keamanan lingkungan minim karena lampu penerangan jalan lingkungan masih kurang.
Sarana dan Prasarana Lingkungan
1. Tingkat kerapatan bangunan tinggi dengan akses jalan lingkungan cendrung terbatas ditandai dengan :
  • Sebagian besar tidak adanya jarak antara bangunan yang satu dengan yang lain (minimnya halaman permukiman warga).
  • Jenis perkerasan paving blok dengan kondisi buruk – sedang.
  • Jenis perkerasan tanah dengan kondisi buruk.
  • Lebar jalan antara 1 – 1,5 meter.
  • Hanya dapat dilewati oleh kendaraan roda 2 (sepeda motor)
  • Belum terintegrasinya jalan lingkungan yang ada dipermukiman penduduk sebelah timur jalan raya (hanya 1 akses masuk – keluar lingkungan permukiman)
2.    Masih terdapat rumah tidak layak huni yang disebabkan karena ketidakmampuan pemilik rumah untuk membiayai renovasi atau perbaikan rumahnya. Rumah Tidak Layak Huni ditandai dengan :
  • Dinding menggunakan bedek atau pagar.
  •  Atap menggunakan illang dan asbes.
  • Lantai menggunakan tanah.
  • Di bawah standart kesehatan (penyinaran dan sirkulasi udara)
  • Di bawah standar keamanan (pembesian sloof, kolom dan balok)
  • Ukuran rumah paling besar 5 x 6 meter.
  • Tidak ada kamar mandi (MCK)
  • Rata-rata ditempati lebih dari 2 KK (8 – 10 jiwa)
  • Pemanfaat rata-rata jompo, janda dan lanjut usia
  • Rata-rata milik pribadi.

3.    Sampah rumah tangga yang masih ada disembarang tempat (lahan kosong) dan disungai. Hal ini disebabkan karena kurangnya kesadaran masyarakat tentang kebersihan lingkungan, tidak adanya sarana pembuangan sampah (bak sampah/TPS) serta tidak adanya sistem pengelolaan sampah dari swadaya masyarakat maupun pemerintah.
4.    Pada saat ini sebagian masyarakat mengambil air bersih dari keran umum (4 titik keran umum) yang sumbernya dari air PDAM, sebagian memiliki PAM dan lainnya menggunakan air sumur. Air sumur di dalam perkampungan telah terindikasi tercemar. Hal ini disebabkan karena kan dungan yang terdapat di air sumur tercemar oleh zat kimia pertanian (rabuk dan pestisida) *Sumber dari anggota program JICA.
5.    Sebagian besar warga tidak memiliki jamban keluarga (pribadi), sehingga warga banyak memanfaatkan kali/sungai kecil sebagai tempat BAB, bahkan jika ada warga yang memiliki jamban pribadi dimanfaatkan juga oleh warga lain (tetangga). Jaringan pembuangan kotoran dari jamban keluarga ini langsung menuju kali (tidak menggunakan septictank). Hal ini disebabkan karena terbatasnya pekarangan/lahan warga untuk membuat septictank.
6.    Untuk aktifitas mandi dan cuci, sebagian besar penduduk mengunakan tempat pemandian umum (±10 unit) yang kondisinya buruk dan non permanen.
7.    Drainase/gorong-gorong untuk saluran pemubangan air hujan tidak ada.
8.   Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) tidak ada, sehingga masyarakat yang berada agak jauh dari sungai (dalam kampung) membuang limbahnya pekarangan langsung dan di gang. Sedangkan bagi warga yang berdekatan dengan kali, air limbahnya dibuang langsung ke kali tersebut.
9.  Kondisi lingkungan permukiman di atas menimbulkan akibat kepada warga setempat terutama seringnya timbul penyakit gatal-gatal, TBC dan diare pada anak-anak.

Mitigasi Bencana
  1. Bencana angin puting beliung, dimana pada tahun 2013 korban angin puting beliung sebanyak 15 unit rumah.
  2. Bencana banjir pernah terjadi pada tahun 2009 mencapai 1,2 meter yang mengakibatkan seluruh penduduk Dusun Pohdodol harus mengungsi. Setiap musim penghujan atau terjadi hujan lebih dari 1 jam mengakibatkan banjir (mencapai 50 cm).  Hal ini disebabkan karena  terjadi pendangkalan dan penyempitan kali, sampah yang menyumbat dan merupakan kiriman dari wilayah timur yang menumpuk di wilayah dusun ini, permukiman penduduk yang berada di bawah talud kali (sungai). Dampak yang diakibatkan banjir ini dirasakan oleh sekitar 50% KK yang ada diwilayah tersebut.
  3. Dari tingkat kepadatan bangunan dan akses jalan lingkungan yang tidak memadai, dusun ini termasuk dalam kawasan yang rentan kebakaran.  Bahkan pada tahun 1982 telah terjadi kebakaran yang menghanguskan hampir semua perumahan warga.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar