SELAMAT DATANG DI KAWASAN BERNIAGA (DESA BAJUR KEC. LABUAPI KAB. LOBAR NTB)

Senin, 22 Juli 2013

RPK Dusun Tempit

Dusun Tempit merupakan pintu masuk Desa Bajur dan merupakan perbatasan dengan Kelurahan Pagutan Kota Mataram. Dusun ini memiliki penduduk sebesar 1.958 jiwa (635 KK). Dominasi (± 80%) mata pencaharian penduduk dusun ini adalah sebagai pedagang keliling (pedagang es, gorengan, bakso, bakulan, asongan dan lainnya).
Berdasarkan hasil FGD RPK yang telah dilaksanakan, terdapat beberapa permasalahan – permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat yang terkait dengan permasalahan yang dianggap cukup kritis, diantaranya adalah sebagai berikut :

Sosial/Ekonomi
  1. Permodalan yang masih kurang untuk mengembangkan usaha dagang, terutama bagi pedagang keliling. Hal ini disebabkan karena biaya produksi, khususnya biaya transportasi (pemasaran di luar kabupaten) dan harga bahan baku terkadang hampir sama dengan harga jual. Selain itu sering adanya ketidakpastian pasar, karena harus bersaing dan tergantung dari permintaan konsumen. 
  2. Sebagian besar masyarakat yang berprofesi sebagai pedagang meminjam modal dari Bank Rontok. 
  3. Pendapatan warga yang berprofesi sebagai pedagang tidak menentu setiap harinya, terkadang untung dan bahkan rugi. Namun jika dilihat dari keuntungan yang diperoleh, masih tergolong rendah, yaitu antara Rp. 15.000,- s/d Rp. 35.000,- perhari. 
  4. Tidak ada manajemen karena pedagang berjualan secara individu (tidak ada kelompok khusus pedagang) 
  5. Jaringan pemasaran sudah terlanjur terbangun sejak lama di luar wilayah Desa Bajur, sehingga untuk menarik pembeli atau konsumen untuk datang membeli kebutuhannya dirasakan agak sulit. 
  6. Masih banyaknya penduduk yang bekerja tidak tetap (serabutan), TKI, buruh, tukang dan buruh tani yang disebabkan peluang kerja yang minim dan keterampilan yang rendah.
Sarana dan Prasarana Lingkungan

1. Sebagian besar tingkat kerapatan bangunan tinggi dengan akses jalan lingkungan cendrung terbatas ditandai dengan :
  • Sebagian besar tidak adanya jarak antara bangunan yang satu dengan yang lain (minimnya halaman permukiman warga).
  • Jenis perkerasan gang paving blok dengan kondisi buruk-sedang. 
  • Jenis perkerasan gang masih tanah dengan kondisi buruk. 
  • Lebar jalan antara 1 – 1,5 meter. 
  • Hanya dapat dilewati oleh kendaraan roda 2 (sepeda motor) 
  • Rumah berkembang sejalan dengan penambahan penduduk dan merupakan turun-menurun untuk membangun disekitarnya.
2. Masih terdapat rumah tidak layak huni yang disebabkan karena ketidakmampuan pemilik rumah untuk membiayai renovasi atau perbaikan rumahnya. Rumah Tidak Layak Huni ditandai dengan :
  • Dinding menggunakan bedek atau pagar.
  • Atap menggunakan illang dan asbes.
  • Lantai menggunakan tanah.
  • Dibawah standart kesehatan (penyinaran dan sirkulasi udara)
  • Dibawah standart keamanan (pembesian sloof, kolom & balok)
  • Ukuran rumah paling besar 5 x 6 meter.
  • Tidak ada kamar mandi (MCK)
  • Rata-rata ditempati lebih dari 2 KK (8 – 10 jiwa)
  • Pemanfaat rata-rata jompo, janda dan lanjut usia
  • Rata-rata milik pribadi.
  1. Sebagian besar masyarakat (terutama yang berada di dalam kampung bagian selatan) membuang sampah rumah tangga disembarang tempat (lahan kosong) disekitar permukiman (> 8 titik lokasi tempat pembuangan sampah) dan bantaran sungai. Sedangkan bagi masyarakat yang terdapat disekitar jalan lingkar selatan, telah memanfaatkan sarana pengangkutan sampah dari Kota Mataram. Kondisi ini terutama bagi masyarakat di dalam perkampungan, disebabkan karena kurangnya kesadaran masyarakat tentang kebersihan lingkungan, tidak adanya sarana pembuangan sampah (bak sampah/TPS) serta tidak adanya/ belum ada sistem pengelolaan sampah dari swadaya masyarakat.
  2.  Air sumur (sumber air bersih) di dalam perkampungan telah terindikasi tercemar. Hal ini disebabkan karena sebagian besar sumur warga berdekatan (kurang dari 10 m) dengan septictank.
  3. Bagi masyarakat sektar jalan lingkar selatan, masih memanfaatkan sungai yang ada di wilayah Kota Mataram sebagai tempat kakus (BAB). Sedangkan untuk cuci dan mandi berada di masing-masing rumah pribadi. Untuk masyarakat yang ada di bagian selatan, tempat kakus (BAB) dan cuci berada di masing-masing rumah, sedangkan untuk mandi masyarakat banyak membuat pemandian umum non permanen (>10 titik pemandian umum) dengan memanfaatkan mata air yang cendrung berada di sepanjang telabah (sungai kecil).
  4. Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) yang masih minim dan dibuang langsung ke sungai-sungai kecil tanpa ada penyaringan atau treatment untuk mengurangi pencemaran air sungai.
  5. Terjadinya pendangkalan kokok daye yang diakibatkan oleh belum adanya pelaksanaan normalisasi oleh pemerintah maupun masyarakat.
  6. Terdapat jalan lingkungan/gang yang belum diperkeras paving/rabat beton.
  7. Sebagian besar jalan lingkungan yang telah dipaving dalam kondisi buruk-sedan
  8. Minimnya penerangan jalan lingkungan.
  9. Terdapat beberapa jalan lingkungan/gang yang belum terintegrasi (buntu).
  10. Kondisi lingkungan permukiman di atas menimbulkan akibat kepada warga setempat terutama seringnya timbul penyakit gatal-gatal, TBC dan diare pada anak-anak.
Mitigasi Bencana
  1. Secara umum di Desa Bajur sering (setiap tahun) terjadi angin puting beliung, demikian juga di Dusun Tempit. Tahun 2010 dan 2013 telah terjadi angin puting beliung yang merusak beberapa perumahan warga. Pada tahun 2013 korban angin puting beliung sebanyak 9 rumah.
  2. Rawan terjadi genangan air, disebabkan karena drainase tidak dapat menampung limpahan air hujan. Dibagian selatan Dusun tempit terdapat anak sungai yang sering meluap pada saat musim penghujan sehingga menyebabkan sebagian permukiman penduduk terendam air.   
  3. Dari tingkat kepadatan bangunan dan akses jalan lingkungan yang tidak memadai, dusun ini termasuk dalam kawasan yang rentan kebakaran.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar