Dusun Kali Jaga memiliki penduduk sebesar 1.286 jiwa
(368 KK). Dominasi (±60%) mata
pencaharian penduduk dusun ini adalah sebagai pedagang keliling (pedagang es,
kain, gorden, bakulan, asongan dan lainnya). Selain itu juga mata pencaharian
lain penduduknya adalah petani/buruh tani, tukang dan buruh bangunan.
Berdasarkan
hasil FGD RPK yang telah dilaksanakan, terdapat beberapa permasalahan –
permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat yang terkait dengan permasalahan
yang dianggap cukup kritis, diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Permodalan yang masih kurang untuk mengembangkan usaha
dagang, terutama bagi pedagang keliling. Hal ini disebabkan karena biaya
produksi, khususnya biaya transportasi (pemasaran di luar kabupaten) dan harga
bahan baku terkadang hampir sama dengan harga jual. Selain itu sering adanya
ketidakpastian pasar, karena harus bersaing dan tergantung dari permintaan
konsumen.
2. Sebagian besar masyarakat yang berprofesi sebagai pedagang
meminjam modal dari Bank BRI (Program KUR) dan Bank Rontok.
3. Pendapatan warga yang berprofesi sebagai pedagang tidak
menentu setiap harinya, terkadang untung dan bahkan rugi. Namun jika dilihat
dari keuntungan yang diperoleh, masih tergolong rendah, yaitu antara Rp.
30.000,- s/d Rp. 40.000,- perhari.
4. Tidak ada manajemen karena pedagang berjualan secara
individu (tidak ada kelompok khusus pedagang)
5. Jaringan pemasaran sudah terlanjur terbangun sejak lama
di luar wilayah Desa Bajur, sehingga untuk menarik pembeli atau konsumen untuk
datang membeli kebutuhannya dirasakan agak sulit.
6. Masih banyaknya penduduk yang bekerja tidak tetap
(serabutan), TKI, buruh, tukang dan buruh tani yang disebabkan peluang kerja
yang minim dan keterampilan yang rendah.
1. Sebagian besar tingkat kerapatan bangunan sedang - tinggi
dengan akses jalan lingkungan cendrung terbatas ditandai dengan :
- Sebagian besar tidak adanya jarak antara bangunan yang satu dengan yang lain (minimnya halaman permukiman warga).
- Jenis perkerasan gang paving blok dengan kondisi buruk-sedang.
- Lebar jalan antara 1 – 1,5 meter.
- Hanya dapat dilewati oleh kendaraan roda 2 (sepeda motor)
- Terdapat ± 70 unit permukiman penduduk yang berada di sempadan sungai kecil.
- Rumah berkembang sejalan dengan penambahan penduduk dan merupakan turun-menurun untuk membangun disekitarnya.
2. Masih terdapat rumah tidak layak huni yang disebabkan
karena ketidakmampuan pemilik rumah untuk membiayai renovasi atau perbaikan
rumahnya. Rumah Tidak Layak Huni ditandai dengan:
- ·Dinding menggunakan tembok tidak berplester.
- ·Atap menggunakan genteng namun bocor.
- ·Lantai menggunakan semen.
- ·Dibawah standart kesehatan (penyinaran dan sirkulasi udara)
- ·Dibawah standart keamanan (pembesian sloof, kolom & balok)
- ·Ukuran rumah paling besar 6 x 7 meter.
- ·Tidak ada kamar mandi (MCK)
- ·Rata-rata ditempati lebih dari 1 KK (8 – 10 jiwa)
- ·Rata-rata milik pribadi.
3. Sampah rumah tangga yang masih ada disembarang tempat
(lahan kosong) dan di sungai/saluran irgasi. Hal ini disebabkan karena
kurangnya kesadaran masyarakat tentang kebersihan lingkungan, tidak adanya
sarana pembuangan sampah (bak sampah/TPS) serta tidak adanya/ belum ada sistem
pengelolaan sampah dari swadaya masyarakat.
4. Pada saat ini sebagian masyarakat mengambil air bersih
menggunakan air sumur. Air sumur di dalam perkampungan telah terindikasi
tercemar. Hal ini disebabkan karena sebagian warga yang memiliki septictank
memiliki jarak kurang dari 10 meter dengan sumur serta tercemar oleh kandungan
yang berasal dari zat kimia pertanian (rabuk dan pestisida) *Sumber dari anggota program JICA.
5. Sebagian besar warga telah memiliki jamban keluarga
(pribadi), namun sebagian besar yang berada di sekitar sungai/kali jaringan
pembuangan kotoran dari jamban keluarga ini langsung menuju kali (tidak
menggunakan septictank). Hal ini disebabkan karena terbatasnya pekarangan/lahan
warga untuk membuat septictank.
6. Untuk aktifitas mandi dan cuci, sebagian besar penduduk
mengunakan tempat pemandian umum (±4 unit) yang kondisinya permanen.
7. Drainase/gorong-gorong yang berfungsi sebagai saluran
pembuangan air hujan telah ada dan berfungsi dengan baik. Namun yang menjadi
kendala belum semua wilayah dusun ini yang memliki saluran tersebut (belum
terintegrasi).
8. Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) yang masih minim
(menggunakan pipa, sering tersumbat, bercampur dengan pembuangn kotoran
manusia) yang dibuang langsung ke sungai-sungai kecil tanpa ada penyaringan
atau treatment untuk mengurangi pencemaran air sungai.
9. Terjadinya pendangkalan dan penyempitan anak sungai yang
diakibatkan oleh belum adanya pelaksanaan normalisasi oleh pemerintah maupun
masyarakat.
10. Minimnya penerangan jalan lingkungan.
1. Bencana angin puting beliung, dimana pada tahun 2010
korban sebanyak 15 unit rumah dan 2013 sebanyak 5 unit rumah.
2. Rawan terjadi genangan air pada musim penghujan yang
berasal dari luapan air anak sungai. Hal ini disebabkan karena talud sungai
rendah, terjadi pendangkalan dan penyempitan sehingga sungai tidak dapat
menampung limpahan air. Terdapat 5 titik rawan genangan dan bajir yang
mengakibatkan sekitar 25 KK terkena dampak.
3. Dari tingkat kepadatan bangunan dan akses jalan
lingkungan yang tidak memadai, dusun ini termasuk dalam kawasan yang rentan
kebakaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar