SELAMAT DATANG DI KAWASAN BERNIAGA (DESA BAJUR KEC. LABUAPI KAB. LOBAR NTB)

Senin, 22 Juli 2013

RPK Giri Jati

Dusun Giri Jati memiliki penduduk sebesar 1.063 jiwa (320 KK). Dominasi (± 90%) mata pencaharian penduduk dusun ini adalah sebagai pedagang keliling (pedagang es, kain, gorden, bakulan, asongan dan lainnya).
Berdasarkan hasil FGD RPK yang telah dilaksanakan, terdapat beberapa permasalahan – permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat yang terkait dengan permasalahan yang dianggap cukup kritis, diantaranya adalah sebagai berikut :

Sosial/Ekonomi
  1. Permodalan yang masih kurang untuk mengembangkan usaha dagang, terutama bagi pedagang keliling. Hal ini disebabkan karena biaya produksi, khususnya biaya transportasi (pemasaran di luar kabupaten) dan harga bahan baku terkadang hampir sama dengan harga jual. Selain itu sering adanya ketidakpastian pasar, karena harus bersaing dan tergantung dari permintaan konsumen.
  2. Sebagian besar masyarakat yang berprofesi sebagai pedagang meminjam modal dari Bank BRI (Program KUR).
  3. Pendapatan warga yang berprofesi sebagai pedagang tidak menentu setiap harinya, terkadang untung dan bahkan rugi. Namun jika dilihat dari keuntungan yang diperoleh, masih tergolong rendah, yaitu antara Rp. 20.000,- s/d Rp. 40.000,- perhari.
  4. Tidak ada manajemen karena pedagang berjualan secara individu (tidak ada kelompok khusus pedagang)
  5. Jaringan pemasaran sudah terlanjur terbangun sejak lama di luar wilayah Desa Bajur, sehingga untuk menarik pembeli atau konsumen untuk datang membeli kebutuhannya dirasakan agak sulit.
  6. Masih banyaknya penduduk yang bekerja tidak tetap (serabutan), TKI, buruh, tukang dan buruh tani yang disebabkan peluang kerja yang minim dan keterampilan yang rendah.
Sarana dan Prasarana Lingkungan
a.  Sebagian besar tingkat kerapatan bangunan tinggi dengan akses jalan lingkungan cendrung terbatas ditandai dengan :
  1. Sebagian besar tidak adanya jarak antara bangunan yang satu dengan yang lain (minimnya halaman permukiman warga).
  2. Jenis perkerasan gang paving blok dengan kondisi buruk-sedang.
  3. Lebar jalan antara 1 – 1,5 meter.
  4. Hanya dapat dilewati oleh kendaraan roda 2 (sepeda motor)
  5. Terdapat bangunan rumah penduduk (±20 unit) di bantaran kali.
b.   Masih terdapat rumah tidak layak huni yang disebabkan karena ketidakmampuan pemilik rumah untuk membiayai renovasi atau perbaikan rumahnya. Rumah Tidak Layak Huni ditandai dengan:
  1. Dinding menggunakan tembok tidak berplester.
  2. Atap menggunakan genteng namun bocor.
  3. Lantai menggunakan semen.
  4. Dibawah standart kesehatan (penyinaran dan sirkulasi udara)
  5. Dibawah standart keamanan (pembesian sloof, kolom & balok)
  6. Ukuran rumah paling besar 6 x 7 meter.
  7. Tidak ada kamar mandi (MCK)
  8. Rata-rata ditempati lebih dari 1 KK (8 – 10 jiwa)
  9. Rata-rata milik pribadi.
c.  Sampah rumah tangga yang masih ada disembarang tempat (lahan kosong) dan disekitar bantaran sungai. Hal ini disebabkan karena kurangnya kesadaran masyarakat tentang kebersihan lingkungan, tidak adanya sarana pembuangan sampah (bak sampah/TPS) serta tidak adanya/ belum ada sistem pengelolaan sampah dari swadaya masyarakat.
d. Air sumur (sumber air bersih) di dalam perkampungan telah terindikasi tercemar. Hal ini disebabkan karena kandungan yang terdapat di air sumur tercemar oleh zat kimia pertanian (rabuk dan pestisida) *Sumber dari anggota program JICA.
e. Septictank warga tidak memadai dan terbatas (sebagian besar tidak memiliki septictank dan instalasi pembuangannya langsung kesungai). Hal ini disebabkan karena terbatasnya pekarangan/lahan warga untuk membuat septictank.
f.   Masih banyak warga yang tidak memiliki jamban keluarga.
g. Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) yang masih minim dan dibuang langsung ke sungai-sungai kecil tanpa ada penyaringan atau treatment untuk mengurangi pencemaran air sungai.
h.  Terjadinya pendangkalan anak sungai yang diakibatkan oleh belum adanya pelaksanaan normalisasi oleh pemerintah maupun masyarakat.
i.    Sebagian besar jalan lingkungan yang telah dipaving dalam kondisi buruk-sedang.
j.    Minimnya penerangan jalan lingkungan.

Mitigasi Bencana
  1. Rawan bencana puting beliung, dimana pada tahun 2013 korban angin puting beliung sebanyak 10 rumah.
  2. Rawan terjadi genangan air, disebabkan karena sungai tidak dapat menampung limpahan air hujan, talud sungai yang rendah dan terjadi pendangkalan. Dibagian selatan Dusun Giri Jati terdapat anak sungai yang sering meluap pada saat musim penghujan sehingga menyebabkan sebagian permukiman penduduk terendam air.  
  3. Dari tingkat kepadatan bangunan dan akses jalan lingkungan yang tidak memadai, dusun ini termasuk dalam kawasan yang rentan kebakaran.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar