SELAMAT DATANG DI KAWASAN BERNIAGA (DESA BAJUR KEC. LABUAPI KAB. LOBAR NTB)

Senin, 22 Juli 2013

RPK Bajur Induk

Dusun Bajur Induk memiliki penduduk sebesar 2.208 jiwa (751 KK) yang tersebar di perumukiman teratur (Perumahan BTN Lingkar Manunggal, Lingkar Asri, Lingkar Muslim dan Perum. Korem) dan perkampungan. Dari jumlah penduduk 2.208 jiwa tersebut, yang berada di perkampungan sebesar 882 jiwa atau 40% dari jumlah penduduk Dusun Bajur. Jika berbicara tentang penduduk yang berada di perkampungan, maka dominasi (±90%) mata pencaharian penduduk dusun ini adalah sebagai pedagang keliling (pedagang es, kain, gorden, bakulan, kaset, asongan dan lainnya).
Berdasarkan hasil FGD RPK yang telah dilaksanakan, terdapat beberapa permasalahan – permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat yang terkait dengan permasalahan yang dianggap cukup kritis, diantaranya adalah sebagai berikut :
Sosial/Ekonomi
  1. Permodalan yang masih kurang untuk mengembangkan usaha dagang, terutama bagi pedagang keliling. Hal ini disebabkan karena biaya produksi, khususnya biaya transportasi (pemasaran di luar kabupaten) dan harga bahan baku terkadang hampir sama dengan harga jual. Selain itu sering adanya ketidakpastian pasar, karena harus bersaing dan tergantung dari permintaan konsumen.
  2. Sebagian besar masyarakat yang berprofesi sebagai pedagang meminjam modal dari Bank BRI (Program KUR) dan Bank Rontok.
  3. Pendapatan warga yang berprofesi sebagai pedagang tidak menentu setiap harinya, terkadang untung dan bahkan rugi. Namun jika dilihat dari keuntungan yang diperoleh, masih tergolong rendah, yaitu antara Rp. 25.000,- s/d Rp. 30.000,- perhari.
  4. Tidak ada manajemen karena pedagang berjualan secara individu (tidak ada kelompok khusus pedagang)
  5. Jaringan pemasaran sudah terlanjur terbangun sejak lama di luar wilayah Desa Bajur, sehingga untuk menarik pembeli atau konsumen untuk datang membeli kebutuhannya dirasakan agak sulit.
  6. Masih banyaknya penduduk yang bekerja tidak tetap (serabutan), TKI, buruh, tukang dan buruh tani yang disebabkan peluang kerja yang minim dan keterampilan yang rendah.
Sarana dan Prasarana Lingkungan
  1. Sebagian besar tingkat kerapatan bangunan sedang - tinggi dengan akses jalan lingkungan cendrung terbatas ditandai dengan :
  • Sebagian besar tidak adanya jarak antara bangunan yang satu dengan yang lain (minimnya halaman permukiman warga).Jenis perkerasan gang paving blok dengan kondisi buruk-sedang.
  • Lebar jalan antara 1 – 1,5 meter.
  • Hanya dapat dilewati oleh kendaraan roda 2 (sepeda motor)
  • Terdapat bangunan rumah penduduk  di bantaran kali.
  • Masih terdapat rumah tidak layak huni yang disebabkan karena ketidakmampuan pemilik rumah untuk membiayai renovasi atau perbaikan rumahnya. Rumah Tidak Layak Huni ditandai dengan:
  • Dinding menggunakan tembok tidak berplester.
  • Atap menggunakan genteng namun bocor.
  • Lantai menggunakan semen.
  • Dibawah standart kesehatan (penyinaran dan sirkulasi udara)
  • Dibawah standart keamanan (pembesian sloof, kolom & balok)
  • Ukuran rumah paling besar 6 x 7 meter.
  • Tidak ada kamar mandi (MCK)
  • Rata-rata ditempati lebih dari 1 KK (8 – 10 jiwa)
  • Rata-rata milik pribadi.
  1. Sampah rumah tangga yang masih ada disembarang tempat (lahan kosong) dan sungai. Hal ini disebabkan karena kurangnya kesadaran masyarakat tentang kebersihan lingkungan, tidak adanya sarana pembuangan sampah (bak sampah/TPS) serta tidak adanya/ belum ada sistem pengelolaan sampah dari swadaya masyarakat.
  2. Air sumur (sumber air bersih) di dalam perkampungan telah tercemar. Hal ini disebabkan karena kandungan yang terdapat di air sumur tercemar oleh zat kimia pertanian (rabuk dan pestisida) *Sumber dari fasilitator program JICA. Selain itu pencemaran air sumur ini disebabkan karena sebagian besar sumur warga berdekatan (kurang dari 10 m) dengan septictank.
  3. Septictank warga tidak memadai dan terbatas (sebagian besar tidak memiliki septictank dan instalasi pembuangannya langsung kesungai). Hal ini disebabkan karena terbatasnya pekarangan/lahan warga untuk membuat septictank.
  4. Sebagian warga (±100 KK) tidak memiliki kamar mandi, sehingga aktifitas masyarakat, khususnya mandi dan cuci memanfaatkan pemandian umum yang kondisinya tidak memadai dan berada dipinggir sungai. Sumber air bersih dipemandian umum tersebut bersumber dari mata air setempat yang debitnya tidak besar/kecil.
  5. Sebagian warga memanfaatkan kali/sungai kecil sebagai tempat BAB, yang disebabkan karena banyak warga yang tidak memiliki jamban keluarga.
  6. Drainase/gorong-gorong bercampur dan berfungsi sebagai saluran pembuangan air hujan, SPAL rumah tangga dan saluran kakus. Kondisi saluran ini sebagian berada di bawah gang, tidak memadai, tidak sesuai dengan daya tampung, belum terintegrasi serta sering meluap pada musim penghujan.
  7. Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) yang masih minim, bergabung dengan jaringan kakus (yang memiliki kakus) dan dibuang langsung ke kali/sungai kecil tanpa ada penyaringan atau treatment untuk mengurangi pencemaran air sungai.
  8. Terjadinya penyempitan dan pendangkalan anak sungai yang diakibatkan oleh belum adanya pelaksanaan normalisasi oleh pemerintah maupun masyarakat. Hal ini juga berdampak pada kembalinya air limbah yang telah berada disungai masuk ke jaringan SPAL.
  9. Sebagian besar jalan lingkungan/gang yang telah dipaving dalam kondisi sedang-baik.
  10. Minimnya penerangan jalan lingkungan.
Mitigasi Bencana
  1. Pada umumnya Desa Bajur termasuk wilayah rawan bencana puting beliung, demikian juga dengan Dusun Bajur induk. Di Dusun ini pernah terjadi dan korban rumah yang mengalami kerusakan sebanyak 2 unit.
  2. Rawan terjadi genangan air, disebabkan karena sungai tidak dapat menampung limpahan air hujan, talud sungai yang rendah dan terjadi pendangkalan. Terdapat anak sungai yang sering meluap pada saat musim penghujan sehingga menyebabkan sebagian permukiman penduduk terendam air.
  3. Dari tingkat kepadatan bangunan dan akses jalan lingkungan yang tidak memadai, dusun ini termasuk dalam kawasan yang rentan kebakaran terutama pada kawasan perkampungan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar