Dusun Ampel merupakan salah satu
dusun yang terdapat di Desa Bajur dengan jumlah penduduk sebesar 616 jiwa (223
KK). Dominasi (± 90%) mata
pencaharian penduduk dusun ini adalah sebagai pedagang keliling (pedagang
gorden, kain, es buah, bakulan, asongan
dan lainnya).
Berdasarkan hasil FGD RPK yang telah dilaksanakan,
terdapat beberapa permasalahan – permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat
yang terkait dengan permasalahan yang dianggap cukup kritis, diantaranya adalah
sebagai berikut :
Sosial/Ekonomi
1. Permodalan yang masih kurang untuk mengembangkan usaha
dagang, terutama bagi pedagang keliling. Hal ini disebabkan karena biaya
produksi, khususnya biaya transportasi (pemasaran di luar kabupaten) dan harga
bahan baku terkadang hampir sama dengan harga jual. Selain itu sering adanya ketidakpastian
pasar, karena harus bersaing dan tergantung dari permintaan konsumen.
2. Pendapatan warga yang berprofesi sebagai pedagang tidak
menentu setiap harinya, terkadang untung dan bahkan rugi. Namun jika dilihat
dari keuntungan yang diperoleh, masih tergolong rendah, yaitu antara Rp.
20.000,- s/d Rp. 40.000,- perhari.
3. Tidak adanya sarana dan prasarana pemasaran di dalam desa
terutama fasilitas, seperti outlet atau pasar khusus bagi pedagang untuk
memasarkan dagangannya. Hal ini disebabkan tidak tersedianya lahan untuk
membangun sarana dan parasarana perdagangan.
4. Tidak ada manajemen karena pedagang berjualan secara
individu (tidak ada kelompok khusus pedagang)
5. Jaringan pemasaran sudah terlanjur terbangun sejak lama
di luar wilayah Desa Bajur, sehingga untuk menarik pembeli atau konsumen untuk
datang membeli kebutuhannya dirasakan agak sulit.
6. Masih banyaknya penduduk yang bekerja tidak tetap
(serabutan), TKI, buruh, tukang dan buruh tani yang disebabkan peluang kerja
yang minim dan keterampilan yang rendah.
Sarana dan Prasarana Lingkungan
1. Sebagian besar tingkat kerapatan bangunan sedang dengan
akses jalan lingkungan cendrung terbatas ditandai dengan :
- Sebagian besar tidak adanya jarak antara bangunan yang satu dengan yang lain (minimnya halaman permukiman warga).
- Jenis perkerasan gang paving blok dengan kondisi buruk-sedang.
- Lebar jalan antara 1 – 1,5 meter.
- Hanya dapat dilewati oleh kendaraan roda 2 (sepeda motor)
- Rumah berkembang sejalan dengan penambahan penduduk dan merupakan turun-menurun untuk membangun disekitarnya.
2. Masih terdapat rumah tidak layak huni yang disebabkan
karena ketidakmampuan pemilik rumah untuk membiayai renovasi atau perbaikan
rumahnya. Rumah Tidak Layak Huni ditandai dengan:
- Dinding menggunakan tembok tidak berplester.
- Atap menggunakan genteng namun bocor.
- Lantai menggunakan semen.
- Dibawah standart kesehatan (penyinaran dan sirkulasi udara)
- Dibawah standart keamanan (pembesian sloof, kolom & balok)
- Ukuran rumah paling besar 6 x 7 meter.
- Tidak ada kamar mandi (MCK)
- Rata-rata ditempati lebih dari 1 KK (8 – 10 jiwa)
- Rata-rata milik pribadi.
3. Sampah rumah tangga yang masih ada disembarang tempat dan
disekitar bantaran sungai. Hal ini disebabkan karena kurangnya kesadaran
masyarakat tentang kebersihan lingkungan, tidak adanya sarana pembuangan sampah
(bak sampah/TPS) serta tidak adanya/ belum ada sistem pengelolaan sampah dari
swadaya masyarakat.
4. Terindikasinya air sumur (sebagai sumber air minum dan
air bersih) yang telah tercemar. Hal ini disebabkan karena sebagian besar sumur
warga berdekatan (kurang dari 10 m) dengan septictank.
5. Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) yang masih minim
yang disebabkan masih terdapat penolakan dari beberapa warga untuk dapat
dilewati oleh jaringannya. Hal ini menyebabkan terdapat beberapa titik jaringan
yang belum terintegrasi.
6. Masih terdapat beberapa KK yang belum memiliki jamban
keluarga, yang disebabkan karena faktor kebiasaan masih melakukan BAB di
sungai.
7. Sebagian warga memanfaatkan bantaran sungai sebagai
tempat pemandian umum.
8. Terjadinya pendangkalan sungai (kokoq daye) yang
diakibatkan oleh kebiasaan masyarakat membuang sampah dan belum adanya
pelaksanaan normalisasi oleh pemerintah maupun masyarakat.
9. Terdapatnya bangunan (6 unit) dikawasan yang termasuk
dalam kawasan konservasi sungai yang berada di bantaran kokoq daye.
10. Sarana dan prasarana pendidikan (PAUD) yang masih minim
terutama jumlah lokal bangunan sekolah. Hal ini mengakibatkan kurang
maksimalnya pelaksanaan belajar mengajar karena jumlah siswa PAUD tersebut
mencapai 80 orang.
11. Minimnya penerangan jalan lingkungan dan di kuburan umum.
12. Kondisi lingkungan permukiman di atas menimbulkan akibat
kepada warga setempat terutama seringnya timbul penyakit gatal-gatal, TBC dan
diare pada anak-anak.
Mitigasi Bencana
1. Secara umum di Desa Bajur sering terjadi angn puting
beliung, demikian juga di Dusun Ampel.
2. Dari tingkat kepadatan bangunan dan akses jalan
lingkungan yang tidak memadai, dusun ini termasuk dalam kawasan yang rentan
kebakaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar